TentanG SekolaH
MODEL SEKOLAH : BEBERAPA EKSPERIMEN
Upaya untuk memperbaiki terus menerus proses
pendidikan di sekolah serta meningkatkan kinerja organisasi sekolah telah
banyak dilakukan oleh masyarakat yang konsern terhadap pendidikan persekolahan,
dari mulai yang bersifat pemberdayaan organisasi sampai dengan pengembangan
proses pembelajaran yang terjadi di sekolah serta yang mengingin mengubah cara
dan proses pendidikan di sekolah. Berikut ini akan dikemukakan model-model
sekolah yang dikembangkan menurut Pemahaman A.S. Neill (Omi Intan Naomi, 1999)
dan beberapa model pendekatan untuk mencapai sekolah berkinerja tinggi
(Priscilla Wohlstetter dan Roxane Smyer dalam Susan Albers Mohrman, 1994).Model
yang dikemukakan Neill merupakan model eksperimen sekolah yang juga sekaligus
mengkritik proses pendidikan di sekolah dan atau kelembagaan sekolah yang ada,
sedangkan model sekolah berkinerja tinggi lebih menekankan pada perbaikan manajemen
penyelenggaraan dan komponen-komponennya agar sekolah bisa lebih baik serta
memperhatikan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat, seperti
keterlibatan orang tua serta perhatiannya pada kelompok orang-orang yang tidak
beruntung. Semua itu pada dasarnya merupakan upaya untuk menjadikan pendidikan
sebagai kebutuhan yang perlu dalam masyarakat manusia, serta menjadikan
pendidikan berkontribusi signifikan bagi tumbuh kembangnya kehidupan manusia
yang lebih manusiawi dan beradab, sehingga masyarakat dapat memperoleh manfaat
besar dari pendidikan persekolahan.
1. Summerhill.
Model sekolah ini didirikan oleh A.S Neill pada
tahun 1921. Berawal dari sekolah eksperimental yang mendemonstrasikan bagaimana
demokrasi berjalan. Dalam sekolah model ini anak-anak bebas menjadi dirinya
sendiri, dan untuk mencapainya dibuanglah semua disiplin, semua pengarahan,
semua sugesti, semua pelatihan moral, semua pelajaran agama. Menurut
pendirinya, semua anak punya watak bijaksana dan realistis, kalau dibiarkan
tanpa campur tangan apapun dari orang dewasa, ia akan berkembang sejauh
potensinya memungkinkan. Di sekolah anak-anak memilih pelajaran, kalau anak mau
belajar, maka belajarlah dia, dan kalau tidak, anak juga dipersilahkan. Kalau
perlu, anak bebas tak ikut belajar selama apapunkalau memang itu kemauannya. Di
sekolah terdapat penjadwalan waktu namun itu hanya berlaku buat guru (Omi Intan
Naomi, 1999).
Sekolah model ini nampaknya memberikan
kebebasan yang cenderung mutlak pada siswa, mereka mempelajari apa yang mereka
sukai jika memang mau belajar, tak ada satupun ketentuan tentang kehadiran,
sehingga cenderung anarkis semaunya sendiri, namun demikian proses pendidikan
bersifat alami dan guru hanya memberi fasilitasi untuk anak belajar tanpa suatu
keharusan untuk memaksa siswa belajar. Meskipun demikian menurut pendirinya, di
sekolah ini seorang anak tidak dibolehkan melakukan segala hal yang ia/siswa
inginkan, karena hukum-hukum sosial akan mengaturnya, seorang anak hanya
diperbolehkan berbuat sesuka hati dalam hal-hal yang mempengaruhinya. Dengan
demikian sekolah model ini pada dasarnya juga merupakan kritik akan
penyelenggaraan sekolah yang ada pada saat itu, hal ini terlihat dari
pernyataan A.S. Neill (Omi Intan Naomi, 1999) bahwa sekolah yang menyuruh
anak-anak duduk tenang di bangku, mempelajari bidang-bidang studi yang paling
tak berguna adalah sekolah yang buruk. Ia hanya baik bagi orang-orang yang
percaya pada sekolah semacam itu, hanya baik bagi warganegara yang tidak
kreatif, yang ingin anak-anaknya patuh membungkuk-bungkuk, supaya cocok masuk
peradaban, yang tolok ukur kesuksesannya adalah uang.
2. The
School development program
Program pengembangan sekolah merupakan model
pembuatan keputusan berbasis sekolah yang dikembangkan oleh psikiater James
Comer sebagai upaya bersama antaraPusat Pengembangan anak Universitas Yale
dengan Sekolah publik New Heaven. Model sekolah ini dimulai tahun 1964 di New
Heaven dengan perkembangan yang cukub baik dalam kinerja siswanya. Program
pengembangan sekolah berupaya untuk memperbaiki komunikasi antara sekolah
dengan rumah, karena keterlibatan orang tua menjadi hal yang esensial bagi
kinerja siswa yang tinggi, dan pada awalnya model sekolah ini merupakan program
untuk meningkatkan pendidikan
siswa-siswa miskin, meskipun Comer (1986) berpendapat bahwa model ini dapat
mermanfaat dan bernilai bagi siswa-siswa kelas menengah dan tinggi.
Model pengelolaan dalam sekolah ini bersifat
partisipatif dimana tanggung jawab dan pembuatan keputusan sifatnya berbagi
antara orang tua dengan staf. Sekolah model ini memerlukan tiga struktur atau
tiga team dibangun di sekolah yaitu:
·
Tim
manajemen dan perencanaan sekolah, yang tanggung jawab utamanya adalah
mengembangkan rencana perbaikan sekolah dengan input dari seluruh komunitas
sekolah
·
Tim
kesehatan mental, yang bekerja untuk mencegah masalah-masalah prilaku dan untuk
menciptakan lingkungan teratur, saling menghormati, dan lingkungan yang
mendorong pada kesuksesan
·
Tim
program orang tua, yang bekerja untuk melibatkan orang tua agar aktif di
sekolah.
Ketiga team tersebut bekerja sama untuk
meningkatkan komunitas berbasis sekolah yang fokus pada perbaikan
berkelanjutan, serta amat diperlukan untuk memperbaiki prilaku siswa serta
kinerja akademisnya dan menarik orang tua lebih dalam pada proses pendidikan.
3. Sekolah
Akselerasi
Sekolah akselerasi dipelopori oleh Henry Levin (1987)
dari Universitas Harvard, dalam sekolah model ini setiap siswa berpartisipasi
dalam suatu kurikulum yang menantang yang biasa digunakan untuk anak-anak
cerdas (gifted), sekolah disorong untuk memberikan perhatian khusus pada
pengembangan keterampilan membaca dan menulis. Terdapat dua prinsip penting
yang diterapkan dalam sekolah model ini yaitu:
·
Pemberdayaan
harus dibarengi dengan tanggung jawab, staf sekolah mampu membuat perubahan dan
bertanggung jawab atas hasilnya
·
Sekolah
harus mendasarkan perbaikan pada kekuatan yang ada yang dimiliki guru dan siswa
dalam pembelajaran di kelas.
Terdapat dua proses perubahan dalam sekolah
akselerasi yaitu pertama : Big wheels
yang merupakan perubahan utama yang merubah praktek dan budaya sekolah yang
umumnya menunjukan pembuatan keputusan kelompok yang melibatkan sekolah secara
keseluruhan, dan kedua Little Wheels
yang merupakan praktek perubahan kecil yang dilakukan oleh individu atau
kelompok yang fokus pada proyek, inovasi informal, serta eksperimen-eksperimen
kreatif. Perubahan kecil ini amat penting dalam mendukung kesuksesan sekolah
model ini karena memungkinkan tindakan cepat, serta setiap orang bisa
melakukannya, dan jika berhasil akan berpengaruh pada perubahan besar (big
wheels).Dengan demikian Big wheels merupakan perubahan utama yang cenderung
lambat dalam mencapai tujuan, sedangkan little wheels merupakan kegiatan sehari
hari yang memberi kontribusi bagi perubahan besar.
4. Essential
School
Sekolah esensial dipelopori oleh Theodore Sizer
(1992) dari Universitas Brown, Model sekolah ini menawarkan prinsip prinsip untuk memandu
perubahan di sekolah yang terdiri dari 8 prinsip yaitu:
·
Fokus
intelektual diarahkan untuk membantu siswa menggunakan cara berfikirnya dengan
baik
·
Tujuan
sederhana terkait dengan siswa dalam menguasai sejumlah keterampilan dan
pengetahuan
·
Tujuan
universal bagi seluruh siswa di sekolah
·
Personalisasi
melalui pengurangan jumlah siswa yang diajar oleh guru
·
Memandang
siswa sebagai pekerja ketimbang penerima informasi yang pasif
·
Eksibisi/perlombaan
siswa yang menunjukan penguasaan pengetahuan dan ketrampilan
·
Sikap yang
menekankan pada kepercayaan dan moral etika
·
Staf yang
generalis dulu baru kemudian spesialis
·
Anggaran
yang tidak melebihi pembelanjaan sekolah tradisional.
Dalam sekolah esensial siswa dibagi dalam
kelompok kecil yang disebut houses
dan team pengajar bertanggung jawab atas hasil dan proses pembelajaran siswa di
masing masing House. Seluruh pemangku kepentingan sekolah bertanggung jawab
atas tujuan yang ingin dicapai dan tujuan harus bersifat sederhana dan fokus
agar ketercapaiannya mudah diketahui.
5. Effective
School
Gerakan sekolah efektif dimulai akhur tahun tujuh
pulahan dan awal tahun delapan puluh berdasarkan studi Ronald Edmond (1979, 1982) dari Universitas Harvard. Sekolah
efektif berpusat pada keyakinan bahwa semua siswa dapat berprestasi, dan
sekolah menjadi penentu bagi semua itu, dalam Sekolah efektif prestasi siswa
tidak bervariasi karena latar belakang status sosial ekonominya, sekolah
efektif memiliki karakteristik sebagai berikut
·
Kepemimpinan
Kepala sekolah yang kuat
·
Ekspektasi
yang tinggi atas kinerja siswa,
·
Penekanan
pada ketrampilan dasar
·
Atmospir
yang teratur dan terkontrol
·
Pengetesan
yang sering untuk melihat kinerja siswa.
Sekolah efektif adalah sekolah dimana
kepemimpinan kepala sekolahnya kuat, dalam melaksanakan otoritas sebagai
pemimpin dengan mengidentifikasi berbagai kebutuha yang terkait dengan
peningkatan kinerja siswa, berkomunikasi dengan baik dan efektif dengan guru,
staf serta masyarakat dalam melaksanakan kepemimpinan instruksional serta prhatian yang besar pada prestasi siswa melalui komunikasi
yang baik dan efektif dengan mereka guna menumbuhkan harapan yang tinggi akan
kinerja siswa, yang juga menekankan pada penguasaan ketrampilan dasar para
siswa serta terus menerus memotivasi guru dan siswa untuk berkinerja lebih baik
dan berprestasi lebih baik dan bermutu.
Dalam sekolah-sekolah model ini, atmospir atau iklim organisasi sekolah
cenderung sama satu sama lain. Staf sekolah bekerja profesional serta fokus
dalam melayani siswa dan siswa juga faham apa yang diharapkan sekolah padanya,
dan sekolah memantau kemajuan para siswa guna meningkatkan belajar siswa.
Disamping itu sekolah efektif juga memiliki hubungan positif dengan masyarakat
guna menghindari keterasingan antara sekolah dan masyarakat agar prestasi siswa
dapat meningkat melalui keterlibatan masyarakat dalam membangun sekolah. Disamping
itu dalamaspek perencaan sekolah efektif melibatkan berbagai pemangku
kepentingan sehingga bersifat kolaboratif (collaborative planning).
Komentar
Posting Komentar